Sudah terlampau panjang liburanku bertamasya pada tubuhmu, tak ada salahnya ku abadikan disini
Tiap pagi aku bangun pada paru-parumu yang makin menghitam sebab marlboro kretek.
Lalu aku memutuskan sarapan pada lambung mu yang kecil dan sehat.
Disana aku menemukan kelinci-kelinci lucu mengitari pohon bambu.
Ingin ku potret mereka, tapi sayang sejak hari pertama bertamasya petugas tak mengijinkanku membawa kamera.
katanya, “tubuhmu adalah tempat rahasia se bumi”
Pelan kaki ini melangkah pada bentangan sungai panjang ususmu, disana hidup manusia-manusia kerdil yang gemar melukis pemandangan danau
danau manis yang didalamnya terkandung kenangan kita
Aku mengambil airnya pada botol minum yang ku bawa
Agar bisa menikmatinya meski telah pulang dari tamasya
Makin sore aku makin bersorak bahagia
Sebab telah menemukan harta karun pada hatimu ;
Ketulusan, nun
Ketabahan,
Ternyata matamu yang sendu itu terlahir dari hatimu yang tulus
dan Ternyata kulitmu yang coklat tua itu musabab berkali-kali terbakar oleh rasa tabah
Kini sudah malam dan aku menemukan ruangan terakhir ;
Jemarimu, Tempat paling ku kagumi yang tak letih letihnya membagi kedalaman lewat kesederhanaan kata.
Aku ingin hidup di sana selamanya.
21.00, tiket sudah tak berlaku
Sialnya petugas menyuruhku segera pulang
Aku memohon untuk tinggal, tapi nihil.
Tiba-tiba surat berbentuk pesawat jatuh dari jemarimu ; “Hanya jarak yang memisahkan, waktu tidak. Esok aku pun akan bertamasya pada tubuhmu”
Aku pulang ~
Puisi Dari :
