Analisis Motivasi Belajar Mahasiswa Aktivis PMII di Universitas Islam

 

Abstrak :

Kualitas dari seorang mahasiswa dapat dilihat dari intelektualitas atau kecerdasan yang tinggi, motivasi belajar yang baik dan tidak melakukan penundaan kelulusan dalam akademik. Akan tetapi, sikap ini tentu tidak mudah dimiliki oleh seorang mahasiswa jika dalam pelaksanaan pemenuhan tuntutan belajarnya mahasiswa juga terlibat aktif dalam suatu organisasi kemahasiswaan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa aktivis yang aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) di Universitas Islam Majapahit.

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari dua puluh mahasiswa yang juga aktivis pergerakan. Diantaranya terdiri dari sepuluh mahasiswa laki-laki dari lima fakultas, dan sepuluh mahasiswa perempuan dari empat fakultas yang aktif di dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) serta organisasi kemahasiswaan lainnya di dalam kampus.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Penelitian kualitatif dipilih karena fenomena yang diamati memerlukan pengamatan secara terbuka, lebih dekat dengan realita, kedekatan emosional antar peneliti dan responden sehingga didapatkan data yang lebih mendalam, dan bukan sekedar angka saja. Hasil dari penelitian ini yaitu kedua puluh subyek yang menjadi mahasiswa aktivis dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa selain diwajibkan belajar dengan kurikulum yang sifatnya mengikat atau intrakulikuler, juga tersedia kegiatan kemahasiswaan yang sifatnya ekstrakulikuler guna mendukung keberhasilan studi di perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan merupakan bentuk kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa.

Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan, membentuk profesional akademik, kreativitas, peningkatan kecendikiawanan, integritas kepribadian, kemandirian mahasiswa dan mengembangkan penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, kesejahteraan atau menyalurkan aspirasi, minat dan bakat melalui kegiatan kemahasiswaan (Sudarman, 2004).

Untuk menampung hal tersebut, biasanya setiap kampus memiliki organisasi mahasiswa dengan berbagai fokus yang berbeda. Ada organisasi yang fokus pada pengembangan penalaran, keilmuan, minat bakat, hingga kegemaran. Organisasi mahasiswa ini ada yang berada di tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan.

Selain untuk mengembangkan potensi mahasiswa, organisasi mahasiswa juga berperan untuk melatih mahasiswa agar siap turun ke masyarakat. Mahasiswa akan belajar menyampaikan pendapat, mengambil keputusan, bertanggung jawab, dan keterampilan kewarganegaraan yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 77 menyebutkan bahwa mahasiswa dapat membentuk Organisasi Kemahasiswaan dan paling sedikit memiliki fungsi untuk mewadahi kegiatan mahasiswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi mahasiswa; mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis, keberanian dan kepemimpinan serta rasa kebangsaan; memenuhi kepentingan dan kesejahteraan mahasiswa dan mengembangkan tanggung jawab sosial melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian, perguruan tinggi wajib memberikan layanan pendidikan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing mahasiswa agar dapat bersaing di era globalisasi. Di samping itu, perguruan tinggi juga berperan dalam proses pembimbingan, pendampingan, dan pengawasan dalam pelaksanaan untuk memastikan kegiatan organisasi mahasiswa bermanfaat bagi mahasiswa, perguruan tinggi, serta masyarakat. Adanya pengawasan dari

perguruan tinggi diharapkan dapat mencegah tindakan perpeloncoan, intoleransi, pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan tindakan tercela lainnya.

Nah, setiap organisasi mahasiswa juga wajib menyelenggarakan seluruh kegiatan dengan asas-asas yang berlaku, yaitu:

  • Keterbukaan, meliputi pembiayaan, materi kegiatan, serta berbagai informasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan;
  • Demokratis, yaitu berdasarkan kesetaraan seluruh pihak dengan menghormati hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut;
  •  Inklusifitas, yakni bersifat terbuka untuk semua pihak;

 Humanis, berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, dan prinsip persaudaraan serta anti kekerasan.

B. Pembahasan Pengertian Motivasi Belajar

Secara etimologi kata “motif” memiliki arti sebuah dorongan daya dan upaya seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai alasan-alasan yang melatar belakangi manusia untuk mencapai sebuah tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, pada saat-saat tertentu motivasi dapat menjadi daya penggerak aktif dalam tubuh manusia terutama disaat mendesak dalam mencapai sebuah tujuan. (Sardiman, 2006).

Karakteristik Motivasi Belajar

Motivasi belajar memiliki peran penting dalam menumbuhkan gairah, semangat, dan rasa senang dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi akan memiliki daya kuat untuk menjalankan kegiatan belajar. Dengan motivasi tinggi yang dimiliki siswa maka sedikit kemungkinan akan tertunda belajarnya dan sangat sedikit potensi kekeliruan dalam proses pembelajarannya

Ragam Motivasi Belajar

Dari paradigma yang beragam, beberapa ilmuan psikologi berniat untuk memilah aneka motif yang ada pada manusia menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan pendapatnya masing-masing.

Pendapat Woodwort dan Marquis motif itu ada tiga golongan seperti yang dikutip Ngalim Purwanto, yaitu:

1. Motif organisme.

Merupakan semua bentuk motif yang berkaitan dengan kebutuhan natural dari tubuh manusia seperti rasa lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat, dan lain sebagainya.

2. Emergencymotives.

Motif ini tidak keluar karena kemauan personal akan tetapi disebabkan adanya penggerak dari luar tubuh manusia, contoh: motif reflek menghindari marabahaya, motif usaha mengatasi sebuah rintangan.

3. Motif Obyektif.

Motif yang dengan sengaja ditujukan untuk sebuah objek maupun tujuan tertentu di sekitar lingkungannya, karena timbulnya disebabkan ada dorongan alami dari dalam individu manusia.

Tipologi Mahasiswa

Tipologi mahasiswa dapat dikatakan sebagai penggolongan watak mahasiswa yang ada di perguruan tinggi, misal berwatak idealis, hedonis, profesional, apatis, pragmatis dan lain sebainya. Berikut penjelasannya:

  • Tipologi Mahasiswa Idealis.

Mahasiswa idealis adalah mahasiswa yang mampu menyesuaikan kepentingannya di internal kampus maupun eksternal kampus. Tipe mahasiswa ini sangat penting untuk dimiliki oleh seorang mahasiswa khususnya mahasiswa baru. Guna memciptakan pemikiran mahasiswa yang ideal atau menciptakan kesadaran bahwa mahasiswa adalah arsitek dari pembangunan suatu bangsa dapat dilakukan sejak mahasiswa memasuki gerbang kuliah. hal ini dikarenakan mahasiswa baru masih terlihat polos dan belum mempunyai idealisme, sehingga masih bingung dalam mencari jalan apa yang akan ditempuh ke depannya.

  • Tipologi Mahasiswa Hedonis

Mahasiswa Hedonis sering juga disebut dengan istilah Trend Setter. Mahasiswa tipe ini adalah orang-orang yang mengalami disorientasi dalam proses belajar-mengajar dalam perkuliahan. Tipe mahasiswa ini kerjaanya kebanyakan hanya diisi dengan kegiatan foya- foya, berdandan habis-habisan, dan menghamburkan uang tanpa tujuan yang jelas. Tipe

Mahasiswa Hedonis adalah Tipe mahasiswa yang tidak mementingkan perkuliahan dan tidak juga mementingkan organisasi, dia hanya memikirkan bagaimana dirinya senang dengan dunianya. Biasanya mahasiswa yang seperti ini dikategorikan ke dalam mahasiswa yang hedonis (hura-hura), apatis dan juga mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang.

  • Tipologi Mahasiswa Profesional.

Mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang aktifitasnya sebagian besar dipusatkan untuk dapat memperoleh nilai yang baik, kerjanya belajar dan belajar, dan cenderung apatis terhadap masalah-masalah di sekelilingnya.

  • Tipologi Mahasiswa Apatis.

Tipe Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang tidak peduli dengan kehidupan di sekitarnya. Dapat juga dikatakan Mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Adagium mahasiswa apatis adalah Urusanmu adalah urusanmu, urusanku adalah urusanku. Tipe ini dapat dikatakan tipe paling buruk dari tipologi mahasiswa.

  • Tipologi Mahasiswa Pragmatis

Tipe mahasiswa ini adalah orang-orang yang mengandalkan kecakapan mereka dalam berinteraksi untuk dapat menonjol diantara kawan-kawannya, kecenderungan mereka adalah mencari muka didepan birokrat-birokrat kampus.

  • Tipologi Mahasiswa Kritis

Tipe mahasiswa ini sering kita jumpai dari dulu hingga sekarang. Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini biasanya orang-orang yang aktif dalam dinamika organisasi. Sehingga Mahasiswa jenis ini sering disebut sebagai mahasiswa yang mempunyai kecenderungan berfikir kritis, ia menjadi seorang yang mau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh komunitasnya, mempunyai pandangan dan analisa yang mendalam persoalan-persoalan yang dihadapi baik di dunia kampus maupun di luar kampusnya.

Peran dan Fungsi Mahasiswa

Beberapa peran serta fungsi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa. Secara umum, mahasiswa memiliki lima peran dan fungsi sekaligus label yang dimiliki oleh seorang mahasiswa. Berikut penjelasannya :

1. Direct of Change, maksudnya ialah mahasiswa mampu melakukan bentuk- bentuk perubahan secara langsung, karena adanya Sumber Daya Manusia yang banyak dan cukup.

2. Agent of Change, ialah mahasiswa diharapkan mampu menjadi sosok dari agen perubahan dan menjadi Sumber Daya Manusia yang mampu membawa perubahan. Mahasiswa dianggap sebagai sekelompok individu yang harus berada di barisan paling depan, ketika akan menggerakan sebuah perubahan positif. Melalui kacamata atau pandangan mahasiswa yang masih netral, maka mahasiswa dianggap mampu melihat kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh negaranya.

3. Iron Stock, maksudnya ialah bahwa seorang mahasiswa adalah Sumber Daya Manusia yang tidak akan pernah habis. Sebagai iron stock, mahasiswa dapat memperkaya diri sendiri dengan ilmu pengetahuan dan turut mempelajari kesalahan yang sebelumnya pernah terjadi pada generasi tua atau generasi sebelumnya.

4. Moral of Force, diartikan bahwa mahasiswa adalah kumpulan dari banyak orang yang diharapkan memiliki moral yang baik, karena memiliki pendidikan, pengetahuan maupun ilmu yang tinggi. Segala perilaku maupun keputusan yang dibuat oleh mahasiswa, maka akan diamati serta dinilai oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan pintar-pintar dalam memilih di mana ia akan menempatkan dirinya dalam masyarakat, serta kemampuannya untuk mampu hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya.

5. Social Control, merupakan peran dan label yang disematkan pada mahasiswa karena diharapkan akan menjadi pengontrol dalam kehidupan sosial di masyarakat. Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat memberikan kritik maupun saran serta solusi bagi permasalahan yang hadir di lingkungan masyarakat. Fungsi pertama mahasiswa sebagai social control, akan terlihat ketika ada hal yang dirasa tidak benar dalam masyarakat.

C. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Sayekti Pujosuwarno, 1992: 34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.

Lebih lanjut Sayekti Pujosuwarno (1986: 1) mengemukakan pendapat dari Moh. Surya dan Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik. Menururt Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana, 2004: 201) penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007: 127-148), ada empat tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang anggota PMII MAJAPAHIT. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data.

3. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan.

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat PMII MAJAPAHIT di daerah Pasinan, desa Jaabon, Kecaaaamatan Mojoanyar, Mojokerto . Peneliti mempunyai alasan mengapa memilih lokasi ini karena sebagian besar yang tinggal di Sekretariat PMMII MAJAPAHIT adalah Pengurus PMII MAJAPAHIT. Dari kondisi ini terlihat kegiatan keseharian anggota dan pengurus PMII MAJAPAHIT dalam menjalani perkuliahan maupun kegiatan organisasi. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait motivasi belajar aktivis organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kommmisariat Majapahit.

 

Zilda Brilliani Arina Sabilla Haq

 

Mahasiswa Program Studi Agama Islam, Universitas Islam Majapahit Dosen Pengampu Dr. Ainul Yaqin, S.Ag., M.Pd.I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *