Pernah tidak sahabat-sahabat mengingat ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, lalu seorang guru kalian bertanya; apa cita-cita kalian setelah dewasa?.
Pertanyaan ini akan sontak menimbulkan berbagai angan-angan, ada yang menjawab inggin menjadi pilot, jadi masinis, jadi dokter, jadi polisi, jadi presiden, namun banyak juga yang ingin menjadi guru. Masa-masa yang menyenangkan ketika mengingat itu, dengan kepolosan kita menjawab dengan mudah dan penuh ambisi.
Bagaimana dengan yang saat ini ragu ketika sudah memilih profesi sebagai guru?
Bukankah itu cita-cita yang kau dambakan sedari kecil?
Ya, ketika kita sudah memutuskan untuk mencoba berjuang dan berusaha dengan labelling diri sebagai sosok seorang guru, yang dalam bahasa jawa diberikan semacam definisi/pengertian sebagai GURU (Digugu lan Ditiru) – Diperhatikan dan Dicontoh.
Sudah mulai terasa jika menjadi seorang guru nampaknya tidak hanya berhenti pada persoalan bagaimana menyampaikan pengetahuan yang paling dasar, terkhusus di guru SD. Tidak hanya berhenti pada poin bagaimana kita bekerja, mendapat gaji, dan menggenakan seragam. Melainkan, bagaimana kita mencoba melakukan regenerasi intelektual besar-besaran yang harus ditata secara matang dari usia yang boleh dikatakan peralihan antara anak-anak dan remaja.
Menjadi sosok guru sekolah dasar, nampaknya cukup menjadi sorotan masyarakat hingga saat ini, bagaimana tidak?
Banyak anggapan masyarakat yang menyatakan jika “pintar tidaknya seorang anak dalam melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, dipengaruhi oleh bagaimana dia ketika menempuh pendidikan dasar”, tidak heran banyak guru sekolah dasar yang saat ini harus bekerja lebih ekstra sehingga harapan masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Bagaimana lantas denganmu? yang akhirnya terjun pada dunia pendidikan dasar? apakah itu sebuah tuntutan atau murni pilihan?. Setidaknya mari kita tanyakan ulang ke diri kita sendiri, sudahkah kita mencoba menyelesaikan keriuhan pikiran kita sendiri? sudahkan kita menelaah kembali apakah jalan yang saya ambil ini murni pilihan saya? Jikalau iya, syukurlah semoga kedepannya kau akan mencoba menjadi yang terbaik. Jika belum dan ini semacam tuntutan, mari meliat kedalam diri kita sendiri, kenapa kita harus merasa itu tuntutan padahal ketika pagi anak-anak datang kepada kita dengan muka polosnya, dengan canda renyahnya yang mungkin bisa kitakan tidak jelas.
Semua manusia akan melalui proses panjang untuk berdamai dengan dirinya sendiri, mencoba berdamai dengan lingkungannya, mencoba menelaah problematika yang berkembang di masyarakat, bahkan boleh jadi mencoba untuk menjadi yang terbaik menurut dirinya sendiri. Apapun profesimu, yakinlah selalu ada hal istimewa yang akan kau ciptakan diantara kejadian-kejadian itu. Teruntuk dirimu yang memilih jalan menjadi seorang guru SD semoga ilmu yang kau sampaikan menjadi amal jariyah untukmu nanti, semoga menjadi ladang pahala lewat senyuman mungil mereka, menjadi obat dari tingkah menggemaskan mereka, semoga menjadikan dirimu lebih sabar, dan berwarna atas tingkah laku mereka yang boleh jadi menguji kesabaranmu, semoga pula apa yang kau usahakan sebagai garda awal pendidikan bangsa dapat melahirkan tunas muda yang siap membangun Indonesia 10 hingga 30 tahun lagi kedepannya. Semangat untukmu Bapak/Ibu Guru SD. Teguhkan jiwamu atas apa yang sudah kau cita-citakan. Semoga Tuhan memberkahi seluruh perjalananmu.
Malang, 21 Maret 2022
Penulis :
Anna Triyana Larasati, S.Pd