Mojokerto Kota, Lenteramojokerto.com – Progres proyek prestisius rehabilitasi Taman Alun-alun tugu Majapahit yang mengalami minus membuat Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) Cabang Mojokerto mendesak aparat penegak Hukum (APH) untuk segera turun tangan.
Tugu Majapahit yang direncanakan setinggi 45 meter dengan nilai Rp 2.8 miliar yang dikerjakan oleh CV Indraprasta minus sebesar 11 persen, hal itu sontak dinilai kalangan mahasiswa berlambang bulan bintang itu jadi raport merah.
Ketua Cabang HMI Mojokerto Elang Tedja Kusuma mengatakan bahwa proyek preng ini tidak boleh terus terusan menyengsarakan rakyat.
“Masyarakat tidak butuh sesuatu yang megah yang menyedot anggaran hingga milyaran rupiah, namun butuh perbaikan ekonomi. Oleh karena kami HMI Mojokerto mendesak kinerja aparatur pemerintah, ” Terang Tedja saat demi di alun alun Kamis ( 14/10/2021 ).
Sebelumnya, Komisi II DPRD Kota Mojokerto sidak ke tiga proyek rehabilitasi, pihak legislatif menemukan indikasi pengesuban dua proyek oleh pemenang tender. Bahkan, Ketua Komisi II DPRD Kota Mojokerto Moch. Rizky Fauzy Pancasilawan menilai jika kedua proyek tersebut jauh dari harapan.
“Proyek Alun-alun minus 11 persen. Indikasinya Kalau taman budaya bahari progres pekerjaan minus 20 persen. Indikasinya juga sama, proyek tersebut disub (kontrak) kan. Tapi ini baru dugaan,” ungkapnya.
Untuk itu, politisi PDI Perjuangan tersebut akan menindaklanjuti untuk menggelar hearing terkait carut marutnya kondisi kedua proyek tersebut. Usai berkonsultasi dengan ketua DPRD, Rizky menyatakan akan memanggil kedua rekanan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku pemilik proyek dalam waktu tidak terlampau lama.
Dalam sidak di Alun-alun para anggota komisi tersebut menemui hanya empat pekerja saja. “Dilokasi kami ketemu empat pekerja, dan mereka orang Mojokerto. Ditanya siapa bosnya, bilangnya nggak tahu.
Kepala tukangnya ngomong kalau mereka anak buah Andika, ” Terang Rizky kemudian.
Saat sidak anggota Dewan ditemui Eryanto dari DLH. Menurutnya ada kesalahan hitung RAB (Rancangan Anggaran Belanja) dari pemenang. “Untuk pembuatan ornamen tugu di speknya sebesar Rp 450 juta, namun dalam hitungan pemenang tender tertulis Rp 9 juta. Karena adanya perbedaan yang besar sehingga mereka kesulitan keuangan karena beda hitung-hitungan, ” Urainya.
Pelaksana, sebenarnya telah melaksanakan sejumlah pekerjaan. Setelah merobohkan monumen ikon dari Kota ini pekerjaan malah tidak dilanjutkan. Beredar informasi jika pelaksana telah kabur.
Menurut Rizky, pelaksana juga telah memasang 30 dari 100 tiang pancang dengan menggunakan crane. Namun kini pihak crane yang disewa akhirnya merobohkan crane nya karena telah melampaui batas waktu sewa.
Rizky menambahkan yang lebih tragis adalah pembangunan Taman Budaya di sungai Ngothok.” Dilokasi kita ketemu hanya 9 pekerja, dan hanya ada pondasi-pondasi saja. Dan pekerjaannya minus 20 persen” Paparnya.
Karenanya Rizky menyatakan akan menggelar hearing. Terlebih ia menemukan jika pembangunan taman budaya ada pergantian RAB lantaran adanya perubahan desain dari perencanaan. “Ada tanah dimana lokasi proyek ternyata adalah tanah warga setempat,” pungkasnya. (Diy)